Berbagi Pengalaman Seputar Dunia Pendidikan dan Guru. Semoga Blog Ini Berguna Untuk Pendidikan Di Indonesia Yang Lebih Maju.

Saturday 17 October 2015

Sikap Dan Perlakuan Guru Yang Merusak Mental Siswa

Pada postingan kali ini saya ingin menguraikan beberapa sikap dan perlakuan guru yang dapat merusak mental para siwa-siswinya, karena di negara indonesia kita ini masih banyak dijumpai guru-guru yang etikanya tidak pantas di terapkan di sekolah.

Apabila kita bertanya,”Adakah seorang guru yang bermaksud merusak mental para siswa-siswinya?” pasti jawabannya TIDAK. Pada hakekatnya seorang guru ingin mendidik siswa-siswinya tumbuh menjadi manusia yang lebih baik, lebih terhormat, lebih bermartabat, dan lebih berhasil dan sukses.

Namun kenyataan di lapangan masih banyak juga pelakuan-perlakuan para guru yang merusak mental siswa-siswinya. Sebagian besar perilaku ini tidak disengaja dan tidak disadari oleh para guru pada umumnya.

Sikap Dan Perlakuan Guru Yang Merusak Mental Siswa

Sikap dan perlakuan guru seperti apa yang dapat merusak mental siswa?

Sikap Guru Yang Reaktif
Salah satu sikap yang dapat merusak mental siswa yaitu sikap reaktif. Sikap reaktif yaitu sikap yang mudah dikendalikan oleh keadaan. Fokus perhatiannya pada “rasa khawatir” dalam melakukan sesuatu. Sikap seperti ini juga tidak memberi kesempatan kepada pikiran untuk menghasilkan suatu ide atau gagasan yang bagus. Dalam kata lain reaktif bisa disebut sikap berputus asa dan dikuasai oleh suatu keadaan.

Beberapa hal yang sering dilakukan oleh guru reaktif dalam menghadapi siswa yang nakal antara lain:
  1. Menghukum siswa secara berlebian.
  2. Masa bodoh dengan siswa yang melakukan pelanggaran sekolah
  3. Mengeluarkan siswa dari sekolah (mengembalikan kepada orang tuanya)
  4. Memfonis sebagai anak nakal yang suka membuat masalah.
  5. Memarahi dengan kata-kata yang menyakiti hati siswa, dan
  6. Membuat sakit hati siswa sehingga dia tidak nyaman untuk belajar di sekolah.
Coba anda renungkan, adakah hal positif dari sikap guru yang raktif dalam menghadapi kenakalan siswa? Tidak ada. Semuanya negatif, dan ini tentu saja akan merusak sikap dan mentalitas siswa.

Sikap Guru Yang Suka Mencela Siswa
Di kantor saya sendiripun masih menemui guru yang suka mencela atau mengomentari keburukan siswa di depan orang lain atau di depan siswa itu sendiri. Sikap seperti ini mungkin baginya dapat merubah sikap siswa menjadi lebih baik. Namun apakah dengan cara seperti itu dapat mengubah sikap dan perilaku siswa menjadi lebik baik?

Manusia, termasuk siswa, secara psikologis merasa tidak nyaman apabila dirinya dicela dan dikomentari di depan umum. Banyak yang akan timbul akibat dari sikap guru yang suka mencela siswa di depan umum, antara lain:
  1. Siswa akan merasa malu karena aibnya diberitahukan kepada orang lain.
  2. Siswa menjadi minder bahkan tertekan karena secara kejiwaan aibya diketahui oleh orang lain.
  3. Siswa tidak hormat kepada guru yang suka mencela dan mengomentari keburukan dirinya.
  4. Siswa bisa bersikap terhadap guru tersebut.
  5. Prestasi siswa mundur karena memikirkan dirinya yang sering dicela dan dikomentari keburukannya.
  6. Siswa dapat putus sekolah karena sudah merasa tidak nyaman berada di sekolah.
Mengingat betapa besarnya bahaya atau pengaruh mencela dan mengomentari hal buruk dari siswa. Bila anda menjadi seorang guru hendaknya menghindari atau tinggalkan perilaku ini.

Sikap Guru Tidak Adil
Perlakuan guru yang tidak adil terhadap siswa akan berakibat buruk terhadap pertumbuhan sikap dan perilaku mereka. Perlakuan ini akan mempengaruhi pertumbuhan sikap dan mentalitas siswa. Bagi siswa yang kebaikannya dinilai secara berlebihan akan merasa “besar kepala” atau kurang memiliki semangat juang dalam mengejar prestasi.

Sebaliknya, siswa yang sering dinilai buruk akan muncul sikap berputus asa, minder atau dendam terhadap guru  dan temannya yang merasa dilebihkan, bahkan dapat terjerumus membenci guru atau bahkan mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut.

Apabila keadaan ini sudah masuk kedalam pikiran siswa, rusaklah sikap dan mentalitas siswa. Perlakuan guru yang tidak adil dalam jangka panjang dapat membentuk karakter buruk siswa. Sebagai guru kita harus membiasakn adil terhadap semua siswa.

Sikap Guru Yang Emosional
Emosi merupakan bagian dari kelengkapan hidup manusia. Akan teteapi sikap emosional akan berakibat buruk bagi diri sendiri ataupun orang di sekitarnya. Guru emosional pun juga demkian. Ia juga dapat merusak dirinya sendiri dan orang lain, terutama para siswa-siwinya.

 Coba, anda pehatikan dengan teliti, apa yang diakibatkan jika guru marah secara berlebihan terhadap muridnya. Ia pasti akan mengambil beberapa tindakan yang negatif terhadap siswa-siwinya tersebut. Mungkin saja ia akan mencela dengan kata-kata yang pedas dan menyakitkan hati siswa, mungkin saja menghukum siswa secara berlebihan.

Sebaliknya, jika guru mencintai siswa secara berlebihan maka yang muncul adalah sikap yang berlebihan. Sikap yang berlebihan ini dapat mengakibatkan beberapa perlakuan buruk, seperti:
  1. Mengabaikan nilai-nilai objektivitas
  2. Pemroteksi siswa secara berlebian hingga siswa tidak mandiri.
  3. Tidak dapat menghukum siswa yang melakukan kesalahan padahal perlakuannya pantas dijatuhi hukuman.
  4. Menutup-nutupi perlakuan siswa yang salah sehingga tidak dapat memperbaiki kesalahannya.
Malas Belajar
Kemampuan guru ibarat gergaji. Apabila gergaji tersebut tidak diasah, gergaji itu akan tumpul. Gergaji yang tumpul tidak dapat menhasilkan gergajian yang yang bagus, dan orang yang menggergajinya pun merasa lelah dan capek menggunakannya.

Sehubung dengan pemaparan di atas, seorang guru haruslah senantiasa mengasah gergaji kemampunnya agar tetap tajam. Caranya adalah belajar terus sepanjang waktu. Dengan gergajinya yang tajam, hasil gergajiannya pun akan rapi dan baik. Dan orang yang menggergajinya pun tidak akan merasa leleah.

Siswa akan rusak apabila belajar oleh guru yang kurang belajar. Hak mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas akan terhambat. Maka oleh sebab itu guru yang malas belajar akan memepengaruhi dan merusak mentalitas siswa.

Sikap Guru Yang Mudah Putus Asa
Sikap yang mudah putus asa akan berdampak buruk bagi dirinya maupun orang-orang di sekitarnya. Guru yang mudah putus asa tidak dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Bahkan sikap tersebut akan menular terhadap siswa, dan siswa pun tidak akan mampu mencapai cita-citanya bila mana diasuh oleh guru yang mudah putus asa.

Sikap guru hendakya seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun karsa, dan tut wuri handayani. Artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberi dorongan.

Ingat, sikap putus asa tidak hanya dapat merugikan dirinya sendiri, tetap juga dapat menular kepada siswa.

Sikap Guru Yang Tidak Disiplin
Guru yang tidak disiplin dala menjalankan tugasnya dapat mempengatuhi pertumbuhan sikap mental siswa.  Dari guru yang tidak disiplin siswa belajar banyak tentang keburukan, diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Mereka dapat mengimitasi ketidakdisiplinan gurunya.
  2. Mereka menjadi liar di sekolah karena tidak ada bimbingan dari guru
  3. Siswa menjadi kurang hormat terhadap gurunya karena tidak disiplin.
  4. Pembelajaran akan terhambat dan siswa tidak bisa mempelajari materi secara maksimal.
  5. Sistem sekolah yang dibangun akan rusak karena ketidakdisiplinan guru.
  6. Guru menjadi tidak berwibawa untuk mendisiplinkan siswa-siswinya karena krisis keteladanan.
Dengan kata lain seorang guru harus berdisiplin untuk dirinya sendiri, sebelum mendisplinkan siswa-siswinya, karena guru yang tidak disiplin akan susah mendisplikan siswa-siswinya.

Tidak peduli kepada siswa (masa bodoh)
Banyak guru yang hanya bertugas saat proses pembelajaran saja tanpa memperhatikan siswa-siswinya selain jam belajar. Guru yang tidak mau memperhatikan siswa akan menyebabkan tekanan psikologis.

Guru yang baik dan disukai siswa adalah guru yang mempunyai kepedulian terhadap siswa. Kepedulian ini menyangkut aspek pembelajaran, kepribadian, dan masa depan mereka. Kepedulian guru terhadap siswa hanya sebatas untuk kepentingan pendidikan dan tak lebih dari itu. Kepedulian guru terhadap siswa yang dimaksudkan adalah untuk memberikan pertolongan dalam pembelajaran dan untuk mencapai cita-citanya dan tujuan lain selain untuk pendidikan tidak pantas dilakukan oleh seorang guru.

Dalam mengekspesikan sikap peduli ini guru harus berhati-hati jangan sampai memperhatikan siswanya secara khusus. Selain itu, harus berhati-hati juga agar tidak masuk ke dalam perilaku mencampuri urusan pribadi siswa.

Guru Yang Sering Meninggalkan Kelas.
Pada kenyataanya di indonesia masih banyak guru yang sering meninggalkan kelas, atau bahkan sering terlambat masuk kelas. Guru yang seperti ini pun banyak alasan yang dikemukakannya.
Banyak hal negatif yang terjadi di dalam kelas, jika guru sering meninggalkan kelas, apa lagi jika tidak disertai dengan tugas :
  1. Siswa menjadi tidak disiplin karena beranggapan tidak ada gurunya.
  2. Dapat menimbulakan kegaduhan di dalam kelas bahkan sekolah.
  3. Kelas menjadi ribut, dan akan menggangu kelas sebelahnya dalam pembelajaran
  4. Siswa menjadi tidak hormat dengan guru yang model seperti ini.
  5. Pembelajaran menjadi tidak efektif karena tidak mencapai sasaran yang dituju.
Guru Yang Berprilaku Buruk
Ada yang mengatakan “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Hal ini mengandung arti bahwa guru merupakan model bagi siswa-siswinya. Apabila guru menunjukkan sikap buruk siswa dapat menirunya. Paling tidak, siswa akan berkaca pada perilaku gurunya. :Ah, Pak Guru/Bu Guru juga melakukan hal demikian.

Ki Hajar Dewantara memberikan penjelasan berkenaa dengan hal ini. Seorang guru haruslah mempunyai sifat kepemimpinan. Selain itu , dalam dunia pendidikan ada adigium yang menyatakan, “siswa lebih mudah meniru yang dilihat daripada yang didengar”. Ini berarti, sikap dan perilaku guru yang buruk dapat berpengaruh besar terhadap sikap dan mentalitas siswa-siswinya.

Guru Yang Tinggi Hati
Guru yang tinggi hati tidak akan dihormati oleh siswa-siwinya. Justru, siswa tidak senang dengan sikap guru yang demikian. Rasa hormat dari siswa tidak dapat diperoleh dengan memasang sikap tinggi hati dan siswa akan melecehkan guru yang tinggi hati. Mereka pun tidak senang berada sampingnya.

Guru yang bersikap tinggi hati juga dapat merusak sikap dan mental siswa. Mereka dapat meniru sikap ini.

Sikap guru yang merasa paling pintar
Guru yang bersikap paling pintar juga dapat membahayakan siswa, karena siswa menjadi minder apabila berada di depan guru yang merasa paling pintar, selain itu, mereka merasa kurang berharga karena ide, gagasan, dan pendapatnya kurang didengar oleh gurunya.
Apabila bertemu dengan siswa-siswinya, ia sering menggurui atau mendikte mereka. Oleh sebab itu, guru yang demikian kurang disukai, bahkan dibenci oleh siswa-siswinya.

Guru yang otoriter
Guru yang model otoriter senang memaksakan kehendak kepada siswa-siswinya. Ia paling anti jika dikritik atau diberi masukan. Siswa tidak menyukai guru otoriter, karena setiap perilaku selalu didikte oeleh gurunya.

Guru yang otoriter suka menghukum siswa apabila siswa melakukan kesalahan. Ia pun cenderung marah dan emosiaonal jika kehendaknya tidak dipatuhi oleh siswa-siswinya.

Guru Yang Pendendam
Guru yang pendendam biasanya emosional dalam menangani persoalan siswanya. Ia cenderung seperti memaafkan kenakalan anak, namun di belakang itu ia bersiap-siap untuk membalas “kekuarangajaran” siswa dengan cara lain, seperti dengan mngurangi nilai, menjegal siswa untuk tidak naik kelas, atau hal-hal lain.

Guru Yang Tidak Teliti
Guru yang tidak teliti sangat mempengaruhi sikap dan mentalitas siswa. Mengapa demikian? Beberapa hal buruk yang akan terjadi akibat ketidak telitian guru antara lain:
  1. Guru menilai siswa secara tidak objektif, sebab ia tiak memiliki data yang akurat
  2. Bisa saja salah dalam memberi hukuman terhadap siswa.
  3. Guru yang tidak teliti dapat berlaku dzalim kepada siswanya.
Guru Yang Selalu Berpikir Negarif
Guru yang yang selalu berpikir negatif ini tidak disukai oleh siswa-siswinya karena guru seperti ini tidak bisa memandnag sisi potitif siswa. Siswa tidak pernah dipandang benar, mereka di pandang selalu salah. Begini salah, begitu salah.

Guru yang berpikir negatif biasanya mempunyai latar belakang psikologis yang kurang menguntungkan, seperti depresi atau orientasi berpikir yang keliru terhadap diri sendiri dan lingkungan. Akibatnya, ia tidak mampu memandang positif siswa-siswinya. Sungguh menyedihkan, apabila siswa memiliki guru yang demikian. Ia tidak dapt mengetahui sikap dan perilakunya yang benar.

Bersikap salah atau benar, sama saja, mereka tetap dipandang salah di hadapan sang guru. Akibatnya, siswa menjadi frustasi dan berputus asa. Nah, jika demikian, berpikir negatif dapat merusak sikap dan mentalitas siswa.

Guru Yang Tidak Konsisten (Tidak Ajeg)
Sering kali kita menemui guru yang tidak ajeg (tidak konsisten) dalam sikap dan perilakunya. Dalam menghukum siswa misalnya, pada satu kesempatan kesalahan dijatuhi hukuman,  tetapi dikesempatan lain kesalahan yang serupa tidak dijatuhi hukuman. Atau ia pada suatu ketika mewajibkan siswa bersikap disiplin, tetapi di sisi lain ia tidak mau menegakkan disiplin jika ada yang di langgar.

Sikap dan perilaku yang demikian membuat siswa tidak dapat membentuk keribadian yang kokoh. Akibatnya, siswa menjadi bingung dengan kebijakan gurunya yang tidak ajeg itu. Perlakuan guru yang tidak ajeg membuat siswa tidak maksimal dalam membentuk karakter dirinya. Dalam jangka panjang, sikap dan perilaku demikian dapat merusak kepribadian siswa.

Demikian beberapa poin-poin sikap dan perlakuan guru yang merusak mental siswa yang perlu anda ketahui untuk menambah wawasan anda. Semoga dengan artikel di atas indonesia dapat menciptakan guru guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya. Artikel di atas saya kutip dari buku yang berjudul “Menjadi Guru Yang Menenangkan” yang ditulis oleh Sukadi, Drs dan diterbitkan oleh “ACARYA MEDIA UTAMA”
Facebook Twitter Google+

2 komentar

Sikap Guru Yang Suka Mencela Siswa, ni salah satu sifat guru yang paling nggak disukai
Guru Yang Sering Meninggalkan Kelas, guru idola kami hehehe

nah seperti kenyataan yang ada dilapangan kan mas ?

Back To Top