Lintas Guru – Menurut kamus umum bahasa indonesia karangan Poerwadarminta, kata bijaksana diartikan dengan “menggunakan akal pikiran dan pengalamannya”. Ini berarti, bahwa orang yang bijaksana adalah orang yang senantiasa menggunakan akal dan pikirannya dalam menhadapi atau memutuskan sesuatu persoalan.
Orang bijaksana tidak mudah emosional dalam menghadapi sesuatu. Ia pun tidak gegabah dalam setiap mengambil keputusan. Setiap persoalan yang diahadapinya dengan akal sehat, setiap keputusan dipertimbangkan dengan masak-masak dengan ilmu pengetahuan yang luas.
Seorang guru dikatakan bijaksana apabila dalam menghadapi setiap persoalan senantiasa dipertimbangkan dengan akal sehat dan berdasarkan ilmu pengetahuan. Ia tidak reaktif dan emosional. Misalnya, apabila dia menghadapi siswa yang melakukan kesalahan, ia tidak dengan serta merta menyalahkan , mencela, memaki, dan menghukum siswa.
Dengan tenang dan penuh kesabaran ia mengumpulkan beberapa bukti yang objektif. Setelah bukti objektif tersebut ditemukan, ia mempertimbangkan bukti-bukti tersebut dengan masak-masak bukti-bukti tersebut. Lalu ia mengambil tindakan dengan mempertimbangkan kemanfaatan, baik bagi siswa yang melakukan kesalahan tersebut maupun bagi kebaikan umum.
Guru yang bijaksana merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa-siswinya. Ia tidak memaksakan kehendaknya sendiri pada anak-anak. Dalam memberi tugas tidak berlebihan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan siswa.
Bijaksana dalam dunia pendidikan dapat juga diartikan:
Berbeda halnya dengan guru yang tidak bijaksana. Guru yang tidak bijaksana biasanya mempermalukan siswa dengan semaunya , menurut perasaannya. Jika tidak menyukai siswa tertentu, ia pun akan menindasnya, terutama secara psikologis.
Guru yang tidak bijaksana dapat terjerumus ke dalam perbuatan yang merusak mentalitas siswa tanpa disadari. Ia akan mempermalukan anak seperti orang dewasa lain yang ia tidak sukai. Bahkan ia bisa lupa bahwa tugas dirinya adalah memperbaiki siswa, bukan merusaknya. So... apakah anda sudah menjadi guru yang bijaksana?
![]() |
Pribadi Guru Yang Bijaksana |
Orang bijaksana tidak mudah emosional dalam menghadapi sesuatu. Ia pun tidak gegabah dalam setiap mengambil keputusan. Setiap persoalan yang diahadapinya dengan akal sehat, setiap keputusan dipertimbangkan dengan masak-masak dengan ilmu pengetahuan yang luas.
Seorang guru dikatakan bijaksana apabila dalam menghadapi setiap persoalan senantiasa dipertimbangkan dengan akal sehat dan berdasarkan ilmu pengetahuan. Ia tidak reaktif dan emosional. Misalnya, apabila dia menghadapi siswa yang melakukan kesalahan, ia tidak dengan serta merta menyalahkan , mencela, memaki, dan menghukum siswa.
Dengan tenang dan penuh kesabaran ia mengumpulkan beberapa bukti yang objektif. Setelah bukti objektif tersebut ditemukan, ia mempertimbangkan bukti-bukti tersebut dengan masak-masak bukti-bukti tersebut. Lalu ia mengambil tindakan dengan mempertimbangkan kemanfaatan, baik bagi siswa yang melakukan kesalahan tersebut maupun bagi kebaikan umum.
Guru yang bijaksana merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa-siswinya. Ia tidak memaksakan kehendaknya sendiri pada anak-anak. Dalam memberi tugas tidak berlebihan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan siswa.
Bijaksana dalam dunia pendidikan dapat juga diartikan:
- Memberi tugas tanpa harus membebankan kepada siswa.
- Menghukum siswa yang bersalah tanpa harus menyakiti.
- Mengingatkan dan meluruskan siswa yang salah tanpa harus mempermalukan
- Mendidik siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan mereka.
- Menguji dan menilai siswa dengan kemampuan yang dimiliki.
Berbeda halnya dengan guru yang tidak bijaksana. Guru yang tidak bijaksana biasanya mempermalukan siswa dengan semaunya , menurut perasaannya. Jika tidak menyukai siswa tertentu, ia pun akan menindasnya, terutama secara psikologis.
Guru yang tidak bijaksana dapat terjerumus ke dalam perbuatan yang merusak mentalitas siswa tanpa disadari. Ia akan mempermalukan anak seperti orang dewasa lain yang ia tidak sukai. Bahkan ia bisa lupa bahwa tugas dirinya adalah memperbaiki siswa, bukan merusaknya. So... apakah anda sudah menjadi guru yang bijaksana?